Saturday, December 24, 2011

Laksana Setetes Air Di Tengah Samudera

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kelezatan mengikuti rasa cinta. Ia akan menguat mengikuti menguatnya cinta dan melemah pula seiring dengan melemahnya cinta. Setiap kali keinginan terhadap al-mahbub (sosok yang dicintai) serta kerinduan kepadanya menguat maka semakin sempurna pula kelezatan yang akan dirasakan tatkala sampai kepada tujuannya tersebut. Sementara rasa cinta dan kerinduan itu sangat tergantung kepada ma’rifah/pengenalan dan ilmu tentang sosok yang dicintai. Setiap kali ilmu yang dimiliki tentangnya bertambah sempurna maka niscaya kecintaan kepadanya pun semakin sempurna. Apabila kenikmatan yang sempurna di akherat serta kelezatan yang sempurna berporos kepada ilmu dan kecintaan, maka itu artinya barangsiapa yang lebih dalam pengenalannya dalam beriman kepada Allah, nama-nama, sifat-sifat-Nya serta -betul-betul meyakini- agama-Nya niscaya kelezatan yang akan dia rasakan tatkala berjumpa, bercengkerama, memandang wajah-Nya dan mendengar ucapan-ucapan-Nya juga semakin sempurna. Adapun segala kelezatan, kenikmatan, kegembiraan, dan kesenangan -duniawi yang dirasakan oleh manusia- apabila dibandingkan dengan itu semua laksana setetes air di tengah-tengah samudera. Oleh sebab itu, bagaimana mungkin orang yang berakal lebih mengutamakan kelezatan yang amat sedikit dan sebentar bahkan tercampur dengan berbagai rasa sakit di atas kelezatan yang maha agung, terus-menerus dan abadi. Kesempurnaan  seorang hamba sangat tergantung pada dua buah kekuatan ini; kekuatan ilmu dan rasa cinta. Ilmu yang paling utama adalah ilmu tentang Allah, sedangkan kecintaan yang paling tinggi adalah kecintaan kepada-Nya. Sementara itu kelezatan yang paling sempurna akan bisa digapai berbanding lurus dengan dua hal ini [ilmu dan cinta], Allahul musta’aan.” (al-Fawa’id, hal. 52)

Friday, December 23, 2011

Renungan Cerdas Menggapai Cinta Sejati

ref: Pengantar sebuah buku tentang suatu DIALOG CINTA
Dr. Khalid Jamal

Tiba-tiba ia datang kepadaku. Belum pernah kulihat cahaya yang meretas masuk ke dalam selaput bening mataku seterang itu. Ia datang kepadaku dan hampir-hampir aku bisa merasakan jeritan kalbunya yang terkubur oleh asa dan kepedihan, atas semua derita yang menimpanya selama ini. Memang, sangat jelas jurang pemisah antara apa yang ia dambakan dan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Ia bertutur : “Umumnya manusia, lebih khususnya anak muda, mereka banyak memperbincangkan tentang diriku dan kehadiranku di tengah-tengah mereka. Inilah yang membuatku tersiksa dan kesedihanku semakin membuncah”.
Saya katakan : “Mengapa engkau tampak begitu sedih, pikiranmu seakan diselimuti oleh kesedihan? Apa yang terjadi atas dirimu? Bukankah engkau pangeran kebahagiaan yang senantiasa diharapkan hadir selalu dalam jiwa setiap orang. Engkau yang membuat jiwa manusia menjadi hidup, penuh senyum bahagia dan jalanpun menjadi terang benderang ibarat bulan purnama di malam hari?”.
Ia menjawab : “Inilah deritaku, dan mungkin ini akan menimpamu hari ini”.
Saya katakan : “Apa maksud ungkapanmu? Saya betul-betul tidak paham? Tolong jelaskan kepadaku !!

Wednesday, December 14, 2011

Ku Inginkan Nasehat itu berlaku padamu

Suatu hari kan kuceritakan ,yang ku tahu engkau akan  Membaca tulisan ini.....
saudariku sesama muslim
Apakah yang kau tulis ddidalam hatimu untukku, aku mungkin sudah mengetahui bentuknya walau hanya sepintas , tak tahu detailnya bagaimana kau tuliskan itu dihatimu. akan tetapi aku sudah tahu arahnya, warnanya, Tetapi alu belum bisa membacanya dengan jelas. Hmm ...makanya timbul pertanyaan itu dihatiku. sudah sejauh mana tulisan itu, bagaimana & bagaimana keadaan tulisan itu ???? pertanyaan besar bagiku..haruskah ku bertanya padamu tentang itu...
Aku tentunya merasa bersalah,,jika telah memberikan kesempatan untuk dekat denganmu, Imanku goyah

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.
QS. az-Zukhruf (43) : 67