ref: Pengantar sebuah buku tentang suatu DIALOG CINTA
Dr. Khalid Jamal
Tiba-tiba ia datang kepadaku. Belum pernah kulihat cahaya yang
meretas masuk ke dalam selaput bening mataku seterang itu. Ia datang
kepadaku dan hampir-hampir aku bisa merasakan jeritan kalbunya yang
terkubur oleh asa dan kepedihan, atas semua derita yang menimpanya
selama ini. Memang, sangat jelas jurang pemisah antara apa yang ia
dambakan dan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Ia bertutur : “Umumnya manusia, lebih khususnya anak muda, mereka
banyak memperbincangkan tentang diriku dan kehadiranku di tengah-tengah
mereka. Inilah yang membuatku tersiksa dan kesedihanku semakin
membuncah”.
Saya katakan : “Mengapa engkau tampak begitu sedih, pikiranmu seakan
diselimuti oleh kesedihan? Apa yang terjadi atas dirimu? Bukankah engkau
pangeran kebahagiaan yang senantiasa diharapkan hadir selalu dalam jiwa
setiap orang. Engkau yang membuat jiwa manusia menjadi hidup, penuh
senyum bahagia dan jalanpun menjadi terang benderang ibarat bulan
purnama di malam hari?”.
Ia menjawab : “Inilah deritaku, dan mungkin ini akan menimpamu hari ini”.
Saya katakan : “Apa maksud ungkapanmu? Saya betul-betul tidak paham? Tolong jelaskan kepadaku !!
Ia berkata : “saya adalah pangeran beracun yang akan mengajarkan
kepada manusia apa sebenarnya keindahan itu? Keindahan alam yang Rabbani
(keindahan yang bermuara pada cawan cinta Illahi) adalah sumber
kehidupan jiwaku. Sayang, sayalah yang akan membuat ilustrasi keindahan
terpancarkan pada pikiran setiap orang. Diantara mereka mengekspresikan
keindahan itu dengan rindu yang meledak-meledak”.
Saya katakan: “Sudahlah, tidak perlu kita urus lagi masalah ini. Kita
semua tahu tentang dirimu. Siapa didunia ini yang tidak tahu tentang
dirimu. Engkau lah yang menerangi jalan dan engkau adalah jalan yang
terang. Engkau adalah kehidupan ruhku”.
Kemudian, tiba-tiba ia memotong pembicaraanku. “Anak-anak muda banyak
yang tidak mengenal baik siapa sebenarnya aku?. Mereka salah persepsi
tentang aku. Sehingga aku identik dengan sekedar pemenuhan keinginan dan
syahwat. Betapa pedihnya perasaanku atas oknum yang mencemarkan nama
suciku dengan melangar aturan syara’ dan tindakan-tindakan bodoh atas
nama cinta, padahal aku bebas dari semua yang ia lakukan. Apakah memang
engkau rela atas nasibku yang hanya berperan sebatas persepsian orang,
yang identik dengan harga diri yang begitu murah? Atau aku hanyalah
sebuah sirine yang memanggil seseorang untuk berbuat asusila dan tidak
terhormat dan tanpa makna?”.
Saya katakan : “Saya pikir mereka semua salah paham terhadapmu. Akan
tetapi mereka belum mendapatkan orang yang mengenalkan mereka tentang
hakikat cinta. Jadi, apa salah mereka, sementara mereka dibelenggu oleh
persepsi seperti ini? Apalagi didukung dengan tayangan-tayangan film
yang heboh”.
Ia berkata : “Engkau mulai mengerti yang aku maksud. Tapi, engkau
belum memberikan solusi yang aku inginkan, atas kedatanganku. Engkau
hanya memaparkan problematika dan mengapa problematika itu muncul.
Sementara saya berharap engkau bisa membantuku keluar dari cobaan ini.
Allah swt menciptakanku agar di hari kiamat nanti mereka berlindung
dibawah payung-Nya disaat tidak ada perlindungan selain perlindungannya.
Di saat Allah memanggil mereka di Padang Mahsyar dan matahari berada
didekat kepala mereka, “Dimanakah orang yang saling mencintai karena-Ku?
Dimanakah orang yang saling mengunjungi karena-Ku? Hari ini aku
lindungi mereka dengan payung-Ku, disaat tidak ada perlindungan selain
perlindungan-Ku.”
Saya berkata : “Jadi, apa sebenarnya yang engkau inginkan dari saya?
Saya akan mengikuti perintahmu dan saya siap dengan apa yang kau
inginkan.”
Ia berkata : “Lakukan apa saja. Teriaklah dengan suara lantang kepada
mereka bahwa cinta mempunyai makna tersendiri yang belum pernah mereka
pahami. Ia seperti sebuah sihir yang tidak bisa mereka rasakan. Jelaskan
kepada mereka betapa aku sangat menderita karenanya, karena salah paham
mereka tentangku. Mereka melakukan tindakan-tindakan bodoh mengataskan
namaku.” .......