Judul postingan ini gak asing bagi mereka yang mencintai dan menggaumi karya ulama besar Ibnu Qoyyim al-jauziyyah. Perkelahian antara Dosa dan Cinta, rasa-rasanya cocok dengan keadaaan saat ini. Begitulah pikiranku ketika awalnya membeli buku ini. Walapun hingga saat ini aku belum membaca sepenuhnya.
Disaat rasa yang kurindukan berama-sama kalian, Dalam dekapan ukhuwah kita rasakan manisnya iman temen-temenku. dan ketika perpisahan itu akhirnya terjadi, ada bagian dari jiwa ini yang ikut hilang, ada yang hilang dari rasa berbagi dengan kalian, tidak seperti dulu. Sahabat yang kucintai kalian karena Allah. ketika kemaksiatan itu muncul bersamaan dengan hilangnya orang-orang yang mengingatkan, pembicaraan yang menyejukkan dengan selingan candaan yang memang membuatku tersenyum. Ku berharap Mungkin cerita ini bisa jadi penghibur hati bagi diri ini sekaligus sebagai pengingat dan nasehat bagi kita.
Suatu ketika Hanzalah berkata kepada ABu Bakar: beliau berucap aku sungguh munafik...................
Ia
sangat risau dan merasa menjadi seorang munafik. Pasalnya, saat berada
dalam majlis Rasulullah SAW, Handzalah senantiasa ingat akan surga dan
neraka, namun saat kembali ke rumah dan bermain, bercanda dengan anak
istri ia kembali lupa akan nasehat-nasehat Rasullah SAW. Uniknya,
ternyata Abu Bakar juga mengalami hal yang yang tidak jauh berbeda.
Khusyuk di majlis Rasulullah SAW dan kembali biasa saat berada di
tengah-tengah keluarga. Akhirnya mereka berdua sepakat mengadukan hal
ini pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.
Lantas apa komentar beliau tentang kegelisahan dua sahabatnya tersebut ? Marahkah beliau mendengar keluhan tersebut ? Tidak, namun dengan tenang dan yakin, beliau bersabda : “ … Demi zat yang diriku dalam kekuasaannya. Sesungguhnya kalau kamu senantiasa menepati apa yang pernah kamu dengar ketika bersamaku dan juga tekun dalam zikir, niscaya malaikat akan menjabat tanganmu di tempat-tempat tidurmu dan dijalan-jalan kamu. Akan tetapi wahai Hanzhalah, sesaat (begini) dan sesaat (begitu) “ Beliau mengulangi ucapan ini sampai tiga kali. (HR Muslim (8/94) Tirmidzi (2/84) dan Ahmad (2/304)).
................. baca selengkapnya kisah ini di sini
Lantas apa komentar beliau tentang kegelisahan dua sahabatnya tersebut ? Marahkah beliau mendengar keluhan tersebut ? Tidak, namun dengan tenang dan yakin, beliau bersabda : “ … Demi zat yang diriku dalam kekuasaannya. Sesungguhnya kalau kamu senantiasa menepati apa yang pernah kamu dengar ketika bersamaku dan juga tekun dalam zikir, niscaya malaikat akan menjabat tanganmu di tempat-tempat tidurmu dan dijalan-jalan kamu. Akan tetapi wahai Hanzhalah, sesaat (begini) dan sesaat (begitu) “ Beliau mengulangi ucapan ini sampai tiga kali. (HR Muslim (8/94) Tirmidzi (2/84) dan Ahmad (2/304)).
................. baca selengkapnya kisah ini di sini
Lalu bagaimana kita berusaha mencegahnya futhur itu, jika dilihat zaman ini godaaan itu sungguh berat. sebuah nasehat kudengar :
Hendaklah segera berbuat amal sebaik mungkin ketika ketaqwaan itu terasa dekat denganNya dan siasati dirimu ketika futur itu terasa begitu menyesakkan hatimu.
"Sesungguhnya Beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya, merugilah orang yang mengotorinya ".
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru
kepada iman, (yaitu): `Berimanlah kamu kepada Tuhanmu`, maka kamipun
beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami
beserta orang-orang yang banyak berbuat bakti.(QS. 3:193)
‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk pada kami & karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi’ ( QS. Ali-Imran : 8 )
Kutipan salim A fillah:
Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit, lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya yang menjulang untuk hati yang saling mencinta, mari membangunnnya di sini dalam dekapan ukhuwah.