Wednesday, February 10, 2016

Doa yang harus dibiasakan setiap hari

:: Memohon kekuatan DZIKIR, Syukur dan IBADAH

اللهم أعني على ذكرك وشكرك، وحسن عبادتك
“Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika’"

Artinya: " Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu"

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz, “Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka janganlah kamu lupa untuk membaca doa di setiap akhir shalat: ‘Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu).” (HR. An Nasa’i [1303]  dan Ahmad [21614]  Sahih Sunan Abu Dawud. )


:: Memohon Ketetapan Iman

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Min-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(QS. Ali Imran: 7)

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Allaahumma Musorrifal Quluub, Sorrif Quluubanaa ‘Alaa Thaa’atik
Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)

Keterangan:
Ketiga doa di atas adalah doa yang bersumber dari Al Qur’an dan sunnah sohihah. Maka seorang muslim patut menghafal dan memunjatkannya kepada Allah setiap waktu, kerana terpelihara ataupun tercabutnya hidayah terletak pada kehendak dan kekuasaan Allah. Apabila Allah meneguhkan hidayah, tidak ada yang dapat memalingkan dan menyesatkannya.

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Sesiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan Sesiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 175)
Pada ketiga doa di atas mengandungi permohonan terpeliharanya hati. Kerana hati merupakan penentu baik dan buruknya amal perbuatan seseorang. Dia menjadi pusat takwa dan hidayah. Namun, dia juga menjadi pusat kekufuran dan kesesatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي اَلْجَسَدِ مُضْغَةً, إِذَا صَلَحَتْ, صَلَحَ اَلْجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ اَلْجَسَدُ كُلُّهُ, أَلَا وَهِيَ اَلْقَلْبُ

“ ….ketahuilah sesunguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila rosak maka rosaklah seluruh jasadnya, ketauhilah bahawa dia itu adalah hati.” (Muttafaq ‘Alaih dari An Nu’man bin Basyir)
Sedangkan hati setiap seseorang berada di bawah kendalian Allah ‘Azza wa Jalla. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “sesungguhnya hati anak Adam (manusia), semuanya berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah, laksana hati yang satu, Dia arahkan ke mana sahaja yang Dia kehendaki.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat at Tirmidzi dari hadis Malik bin Anas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya hati itu berada di dua jari dari jari-jari Ar Rahman, Dia membolak-balikkan sekehendak-Nya.” Dalam riwayat Ahmad, “jika Dia berkehendak (untuk menjadikannya sesat) maka akan disesatkan-Nya dan jika berkehendak ditetapkan iman maka akan tetap diteguhkan di atas petunjuk.”
Sedangkan sesiapa yang hatinya dijaga oleh Allah dengan hidayah, tiada seorang pun yang boleh menyesatkannya.

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

“Sesiapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak seorangpun yang boleh menyesatkannya. Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh Allah maka tida seorangpun yang boleh memberinya petunjuk.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, at Tirmidzi dan lainnya)
Kerananya, kita sentiasa memohon kepada Allah, Tuhan kita semua, agar tidak menjadikan sesat hati kita setelah dia memberi petunjuk dan kita juga memohon limpahan rahmat dari sisi-Nya, sesungguhnya Dia dzat Maha Pemberi.

:: Sayyidul Istighfar

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.

Artinya:

“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”