Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kelezatan mengikuti
rasa cinta. Ia akan menguat mengikuti menguatnya cinta dan melemah pula
seiring dengan melemahnya cinta. Setiap kali keinginan terhadap
al-mahbub (sosok yang dicintai) serta kerinduan kepadanya menguat maka
semakin sempurna pula kelezatan yang akan dirasakan tatkala sampai
kepada tujuannya tersebut. Sementara rasa cinta dan kerinduan itu sangat
tergantung kepada ma’rifah/pengenalan dan ilmu tentang sosok yang
dicintai. Setiap kali ilmu yang dimiliki tentangnya bertambah sempurna
maka niscaya kecintaan kepadanya pun semakin sempurna. Apabila
kenikmatan yang sempurna di akherat serta kelezatan yang sempurna
berporos kepada ilmu dan kecintaan, maka itu artinya barangsiapa yang
lebih dalam pengenalannya dalam beriman kepada Allah, nama-nama,
sifat-sifat-Nya serta -betul-betul meyakini- agama-Nya niscaya kelezatan
yang akan dia rasakan tatkala berjumpa, bercengkerama, memandang
wajah-Nya dan mendengar ucapan-ucapan-Nya juga semakin sempurna. Adapun
segala kelezatan, kenikmatan, kegembiraan, dan kesenangan -duniawi yang
dirasakan oleh manusia- apabila dibandingkan dengan itu semua laksana
setetes air di tengah-tengah samudera. Oleh sebab itu, bagaimana
mungkin orang yang berakal lebih mengutamakan kelezatan yang amat
sedikit dan sebentar bahkan tercampur dengan berbagai rasa sakit di
atas kelezatan yang maha agung, terus-menerus dan abadi. Kesempurnaan
seorang hamba sangat tergantung pada dua buah kekuatan ini; kekuatan
ilmu dan rasa cinta. Ilmu yang paling utama adalah ilmu tentang Allah,
sedangkan kecintaan yang paling tinggi adalah kecintaan kepada-Nya.
Sementara itu kelezatan yang paling sempurna akan bisa digapai
berbanding lurus dengan dua hal ini [ilmu dan cinta], Allahul
musta’aan.” (al-Fawa’id, hal. 52)
Saturday, December 24, 2011
Friday, December 23, 2011
Renungan Cerdas Menggapai Cinta Sejati
ref: Pengantar sebuah buku tentang suatu DIALOG CINTA
Dr. Khalid Jamal
Tiba-tiba ia datang kepadaku. Belum pernah kulihat cahaya yang
meretas masuk ke dalam selaput bening mataku seterang itu. Ia datang
kepadaku dan hampir-hampir aku bisa merasakan jeritan kalbunya yang
terkubur oleh asa dan kepedihan, atas semua derita yang menimpanya
selama ini. Memang, sangat jelas jurang pemisah antara apa yang ia
dambakan dan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Ia bertutur : “Umumnya manusia, lebih khususnya anak muda, mereka
banyak memperbincangkan tentang diriku dan kehadiranku di tengah-tengah
mereka. Inilah yang membuatku tersiksa dan kesedihanku semakin
membuncah”.
Saya katakan : “Mengapa engkau tampak begitu sedih, pikiranmu seakan
diselimuti oleh kesedihan? Apa yang terjadi atas dirimu? Bukankah engkau
pangeran kebahagiaan yang senantiasa diharapkan hadir selalu dalam jiwa
setiap orang. Engkau yang membuat jiwa manusia menjadi hidup, penuh
senyum bahagia dan jalanpun menjadi terang benderang ibarat bulan
purnama di malam hari?”.
Ia menjawab : “Inilah deritaku, dan mungkin ini akan menimpamu hari ini”.
Saya katakan : “Apa maksud ungkapanmu? Saya betul-betul tidak paham? Tolong jelaskan kepadaku !!
Label:
nasehat,
rasa,
renungan,
Tazkiyatun Nufus
Wednesday, December 14, 2011
Ku Inginkan Nasehat itu berlaku padamu
Suatu hari kan kuceritakan ,yang ku tahu engkau akan Membaca tulisan ini.....
saudariku sesama muslim
Apakah yang kau tulis ddidalam hatimu untukku, aku mungkin sudah mengetahui bentuknya walau hanya sepintas , tak tahu detailnya bagaimana kau tuliskan itu dihatimu. akan tetapi aku sudah tahu arahnya, warnanya, Tetapi alu belum bisa membacanya dengan jelas. Hmm ...makanya timbul pertanyaan itu dihatiku. sudah sejauh mana tulisan itu, bagaimana & bagaimana keadaan tulisan itu ???? pertanyaan besar bagiku..haruskah ku bertanya padamu tentang itu...
Aku tentunya merasa bersalah,,jika telah memberikan kesempatan untuk dekat denganmu, Imanku goyah
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.
QS. az-Zukhruf (43) : 67
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.
QS. az-Zukhruf (43) : 67
Tuesday, November 29, 2011
"Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita"
Teks penuh video 'Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita!'
Apabila kita asyik termenung
memikirkan nasib diri di sini...
merenung jauh mereka di sana
hidup penuh keseronokan dan kegembiraan...
namun, kita masih tak sedar tentang hakikat
erti kebahagiaan yang sebenarnya...
Ramai orang...
tersalah sangka tentang maksud
ketenangan dalam hidupnya
selalu orang mengaitkan ketenangan itu
dengan faktor harta...
dengan faktor kekayaan...
Walaupun itu boleh jadi penyumbang
tetapi itu bukan segala-galanya
Thursday, November 24, 2011
Tarian Pensilku...... berkelit
Pensil ini sudah lebih dari 5 tahun bersamaku, pensil jenis mekanik yg kubeli di kamps, dan selalu meneemaniku ketika menghadapi ujian. Ada yg beda malam ini dari pensil ini..
hmm...malam ini Si pencil galau dengan apa yang telah diperbuatnya.selama ini
"Yang Galua Yang Meracau "
Ia heran mengapa aku mau saja digerak-gerakkan seperti itu, Ada pa dengan diriku ... apa yang mereka lakukan terhadapku,
aku bak boneka yang digerakkan kemana saja menurut kemauannya.
Label:
hayal
Saturday, November 12, 2011
Ingat Cinta Kepada Sang Pemilik Hati
Ingat Cinta Kepada Sang Pemilik Hati
(8:2)Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(8:3) (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.
(8:4) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa
derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni'mat) yang mulia.
tanda-tanda telah tersirat dalam surat al-anfal (2-4)tersebut. Muhabbah,( begitulah ketika sang Murrabi mengucapkannya), tiba-tiba pastinya forum menjadi rame, hmm...apalagi bagi mereka yang belum nikah. Terlebih lagi jika Sang Murabi pun belum menikah.^_^. he..he....
(8:2)Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(8:3) (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.
(8:4) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa
derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni'mat) yang mulia.
tanda-tanda telah tersirat dalam surat al-anfal (2-4)tersebut. Muhabbah,( begitulah ketika sang Murrabi mengucapkannya), tiba-tiba pastinya forum menjadi rame, hmm...apalagi bagi mereka yang belum nikah. Terlebih lagi jika Sang Murabi pun belum menikah.^_^. he..he....
Label:
rasa
Friday, November 11, 2011
Hidup itu mudah,Selalu ada hikmah disetiap kejadian.
13 Desember 2010,
Seperti biasa Pengajian rutin tersebut di gelar ahad pagi sekitar pukul 6.30 disalah satu masjid sekitar kampuz ternama diwilayah Jogja Pagi itu kajian membahas tentang tafsir surah nuh ayat 13,14,15.
Seperti biasa Pengajian rutin tersebut di gelar ahad pagi sekitar pukul 6.30 disalah satu masjid sekitar kampuz ternama diwilayah Jogja Pagi itu kajian membahas tentang tafsir surah nuh ayat 13,14,15.
- 13. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
- 14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian(1520). [1520] Lihat surat Al-Mukminun ayat 12, 13 dan 14
- 15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?
Label:
renungan
Bukan Kejam....
“Dan janganlah kamu mendekati zina”.(al-isra:32)Inilah jalan Tuhanmu............
Dikisahkan Seorang Pemuda,
seorang sahabatnya menyatakan begini "senyummu itu terlalu mahal, seandainya saya wanita mungkin hatiku luluh ketika melihat senyummu itu". Pemuda ini murah senyum ketika bersama sahabat-sahabatnya(laki-laki) namun berbeda ketika ia diajak berbicara oleh lawan jenisnnya(wanita), dan ia senantiasa menjaga pandangannya. telah berkali-kali wanita menyatakan cintanya pada pemuda ini,baik melalui surat maupun berbicara langsung, namun pemuda ini tidak meresponnya malah ia terlihat menjauh/menjaga jarak/semakin dingin dengan wanita tersebut.
Salahkan ia...?
Label:
rasa
Ketika Ku di hadapanmu Uhkti...
Diriwayatkan dari Hudzaifah r.a
Ketika Ku di hadapanmu Uhkti...
Apa yang engkau ketahui uhkti..? "Pikiran ini selalu membuat kami ikhwan khawatir"
Apakah Jika ada sesuatu pada dirimu mengagumi seseorang yang ada dihadapanmu itu....
Benarkah ada rasa itu terhadapku .............
Fitnah-fitnah itu mengenai hati, seperti dipintalnya tikar batang per batang. Jika kamu menyerap fitnah itu, maka padanya tertulis satu titik hitam. Jika hati itu mengingkarinya, maka padanya tertulis titik putih. Keduanyapun menjadi dua macam hati, yaitu hati yang hitam kelam, yang tidak mengetahui kebaikan juga tidak mengingkari kemungkaran, kecuali yang sejalan dengan hawa nafsunya, dan hati yang putih bersih, yang tidak dapat diganggu oleh fitnah selama ada langit dan bumi.
Ketika Ku di hadapanmu Uhkti...
Apa yang engkau ketahui uhkti..? "Pikiran ini selalu membuat kami ikhwan khawatir"
Apakah Jika ada sesuatu pada dirimu mengagumi seseorang yang ada dihadapanmu itu....
Benarkah ada rasa itu terhadapku .............
Label:
rasa
Sunday, September 18, 2011
Ya Rabb, izinkan aku tetap di jalan kebaikan-Mu
Oleh :Mahfud Achyar
Jalan ini, dulu aku menganggapnya sebagai suatu yang memalukan.
Masih lekat dalam ingatanku, ketika aku bersama teman-temanku mengejek
mereka. Bagiku mereka, terlalu kuno dan primitif. Aku merasa jauh lebih
modern dan hebat dengan segala aktivitas yang kujalani. Namun entah
mengapa, akhirnya aku menerima uluran tangan mereka. Aku lupa, apa
alasan kuat yang mengubah jalan pikir dan cara pandangku.
Kebaikan, itulah alasannya. Dengan kerendahan hati, aku pun memilih bersama mereka. Alasannya sangat sederhana, aku merasa nyaman dan tentram bersama mereka. Sejak mengenal mereka dan mengikuti ragam aktivitas mereka, aku merasa bersemangat. Banyak hal yang berubah dalam hidupku. Mulai dari cara pandangku, sikapku, dan motivasi hidupku. Jalan itu telah membawaku menjadi manusia yang baru. Di sini, aku belajar menjadi seorang yang lebih baik. Di sini, aku menemukan orang-orang yang tidak hanya sebatas sahabat. Mereka adalah saudara-saudaraku.
Kebaikan, itulah alasannya. Dengan kerendahan hati, aku pun memilih bersama mereka. Alasannya sangat sederhana, aku merasa nyaman dan tentram bersama mereka. Sejak mengenal mereka dan mengikuti ragam aktivitas mereka, aku merasa bersemangat. Banyak hal yang berubah dalam hidupku. Mulai dari cara pandangku, sikapku, dan motivasi hidupku. Jalan itu telah membawaku menjadi manusia yang baru. Di sini, aku belajar menjadi seorang yang lebih baik. Di sini, aku menemukan orang-orang yang tidak hanya sebatas sahabat. Mereka adalah saudara-saudaraku.
Aku pun sadar, persaudaraan itu bukan hanya karena hubungan nasab
atau hubungan darah. Lebih dari itu, saudara adalah orang yang memiliki
keterikatan yang lebih besar dibandingkan hubungan darah. Adalah ikatan
keimanan yang membuat kita saling menyayangi, mengasihi, dan mencintai.
Ikatan keimanan karena Allah. Setiap hari, aku berusaha menjadi lebih
baik. Menjadi muslim yang memahami Islam secara kaffah. Walaupun
kuakui, itu tidak mudah. Jiwa pemberontakku masih sangat mendominasi.
Kadang, aku ingin menjadi manusia bebas seutuhnya tanpa diikat oleh
aturan mana pun.
Ah, dunia memang terlalu melenakan. Lintasanya pikiran yang ada di benakku hanya dunia, dunia, dan dunia. Aku terlalu berambisi untuk meraih segala prestasi keduniaan. Sementara, prestasi akhirat sama sekali tidak menjadi prioritasku. Ya Tuhan, maafkanlah hamba-Mu yang lemah ini.
Ah, dunia memang terlalu melenakan. Lintasanya pikiran yang ada di benakku hanya dunia, dunia, dan dunia. Aku terlalu berambisi untuk meraih segala prestasi keduniaan. Sementara, prestasi akhirat sama sekali tidak menjadi prioritasku. Ya Tuhan, maafkanlah hamba-Mu yang lemah ini.
Aku memang tidak berakselarasi seperti teman-temanku. Progresku
memang lambat. Namun, aku selalu bersyukur. Aku merasa jauh lebih baik
dibandingkan masa dulu. Masa yang membuatku malu pada semesta ini. Aku
berjanji dan berkomitmen, suatu saat aku akan seperti mereka. Bahkan
bisa jadi aku jauh lebih baik dibandingkan saat ini. Rabbi, izinkanlah
hamba untuk menjadi hamba yang special karena kebaikan cinta-Mu. Amin.
Tujuh tahun sudah aku di jalan ini. Hingga detik ini, aku hanya bisa
melaporkan bahwa progressku memang tidak terlalu signifikan.
Naudzubillah, semoga aku tidak termasuk menjadi orang-orang yang merugi.
Rentang waktu yang cukup lama, membuatku semakin dewasa dalam
menapaki jalan ini. Banyak goncangan keimanan yang sempat membuatku
bimbang. Tetap bertahan atau memilih menjadi pecundang? Berbagai alasan
pun menguap menjadi tumpu proses kedewasaanku. Rabbi, sering kali hati
ini sulit untuk dikondisikan. Rasa kecewa, kesal, marah, dan penyakit
hati lainnya kerap kali menggoyahkan komitmenku di jalan ini. Sempat
terlintas untuk balik kanan, memutuskan pergi bersama teman-teman yang
sudah terlebih dahulu menghentikan langkahnya.
Jujur, bagiku jalan ini seperti tidak ada ujungnya. Sangat panjang
dan tidak mudah untuk aku dan teman-temanku bertahan. Namun, ada hal
yang membuatku yakin untuk tetap memilih di jalan ini. Suatu saat, aku
yakin akan menemukan seberkas cahaya. Maaf, kurasa bukan hanya
seberkas, melainkan cahaya yang mengalahkan semua kegelapan yang selama
ini membayang-bayangiku dari belakang. Aku yakin dengan jalan ini.
Jalan ini semakin menyesakkan dada, menguras keringat, dan
mempertaruhkan banyak sekali pengorbanan. Termasuk mereka—orang-orang
yang dulu sempat beriringan denganku. Mereka mungkin terlalu lelah,
penat, dan bosan di jalan ini. Wallahu’alam. Itu hanya dugaanku saja.
Rabbi, aku ingin katakan, aku ingin mereka masih bersama kami. Melewati
masa-masa sulit hingga janji-Mu benar-benar sudah tampak. Tapi aku
takkuasa. Karena Engkaulah yang membolak-balikkan hati hamba manusia.
Aku hanya bisa berdoa suatu saat mereka akan kembali lagi bersama kami.
Aku ingin meyakini mereka bahwa jalan ini, insyaAllah jalan kebaikan.
Aku ingin mereka mendengar penjelasanku. Aku ingin mereka tetap
bertahan. Aku ingin menyudahi jalan ini bersama mereka di titik finish.
Oleh sebab itu ya Rabb, genggamlah hati mereka, izinkanlah mereka
kembali bersama kami di jalan ini. Aku mohon pada-Mu.
Aku juga khawatir pada diriku sendiri. Apakah aku masih bisa
bertahan di jalan ini. Aku memohon dengan sangat pada-Mu, izinkan aku
tetap menapaki jalan yang Engkau ridhoi ini. Aku mohon pada-Mu. Aku
ingin terus di sini sembari memperbaiki apa yang harus kuperbaiki.
Menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan di sana. Aku rindu
bertemu dengan Rasul-Mu, para sahabat, tabi’in, orang-orang sholeh, dan
mereka yang kucintai karena Allah. Aku tahu, engkau telah menyiapkan
hadiah terbaik di syurga sana. Bidadari-bidadari nan cantik jelita,
kesejahteraan tiada tara, dan kenikmatan bisa bertemu dengan-Mu. Namun
aku harus akui Rabb, kadang janji-Mu yang sungguh nyata itu tidak
kurespon dengan baik. Maafkan aku ya Rabb.
Di bulan syawal yang penuh kebaikan ini, aku memohon pada-Mu,
izinkanlah aku tetap istiqomah di jalan ini. Hingga aku benar-benar
tahu bahwa aku termasuk orang-orang yang beruntung. Amin.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini
telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu
untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di jalan-Mu, dan
berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan
pertaliannya, Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah
jalannya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup,
lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal
kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan
syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan
sebaik-baik penolong. Amin. Dan semoga shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan kepada semua
sahabatnya.”
sumber: eramuslim
Saturday, September 10, 2011
Bagaimana dengan lisanmu?
Kisah Nabi Musa AS,
kisahnya selalu ingin ku simak jika ku menjumpainya di suatu surah alqur-an
Dia, yang tak fasih berbicara.
Musa yang kisahnya berulang-ulang kali di sebut,
mengemban risalah dalam keadaan yang cukup berat.
Dia tak fasih bicara, sulit berkata-kata.
Engkau pun mengajarkan kami berdoa.
Surah Thoha ayat 25-28:
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28
Berkata
Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku.
mungkin sebab itulah kisahmu selalu menjadi penguat hati Muhammad.
di saat-saat berat, Muhammad mengenangmu ,
Muhammad melirihkan gumam,
“semoga Allah menyayangi saudaraku Musa..
bahkan Allah menetapkan; kau terkisah untuk menguatkan jiwa
hati dan rasa seorang Nabi penutup masa Muhammad SAW.
sungguh ia dicobai lebih menyakitkan dari ini”.
Kisahmu ini terukir Indah dalam al-Quran Hingga hari Kiamat kelak.
Bagaimanakah dengan Lisanmu….?
Cukuplah diam itu menjadikanmu banyak merenung.
Dan tahukah kamu Siapakah Orang yang paling merugi..?
Merekalah orang yang dengan lisannya, melukai hati sesama muslim.
Bersyukurlah jika kamu adalah orang yang tak fasih berbicara,
Dalam diammu, Alhamdulillah
biasa jadi inilah bukti cinta Allah kepadamu.
Dia ingin menyelamatkanmu.
Dari
Sahl bin Saad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang bisa menjamin bisa menjaga lisan yang ada di antara dua
tulang rahangnya dan kemaluan yang ada di antara kedua kakinya maka aku
jamin dia akan masuk surga” (HR Bukhari no 6109).
Sungguh itu adalah suatu hal yang mudah bagi orang-orang yang Allah mudahkan.
Bila engkau tidak dapat berkata yang baik, maka diamlah niscaya itu lebih selamat.
Karenanya, Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau ia diam.” (HR. Al-Bukhari no. 6475 dan Muslim)
Al-Imam Al-Hakim rahimahullahu meriwayatkan dalam Mustadrak-nya dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallhu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke bibirnya dan berkata:
الصُّمْتُ
إِلاَّ مِنْ خَيْرٍ. فَقَالَ لَهُ مُعَاذٌ: وَهَلْ نُؤَاخَذُ بِمَا
تَكَلَّمَتْ بِهِ أَلْسِنَتُنَا؟ فَضَرَبَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم فَخِذَ مُعَاذٍ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُعَاذُ، ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ -أَوْ
مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُوْلَ لَهُ مِنْ ذَلِكَ- وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ
عَلَى مَنَاخِرِهِمْ فِي جَهَنَّمَ إِلاَّ مَا نَطَقَتْ بِهِ
أَلْسِنَتُهُمْ؟ فَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ عَنْ شَرٍّ، قُوْلُوْا خَيْرًا
تَغْنَمُوا وَاسْكُتُوْا عَنْ شَرٍّ تَسْلَمُوْا
“Diamlah kecuali dari perkataan yang baik.” Mu’adz bertanya kepada Rasulullah, “Apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang diucapkan oleh lisan-lisan kita?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul paha Mu’adz, kemudian bersabda, “Wahai Mu’adz, ibumu kehilangan kamu3”, atau beliau mengucapkan kepada Mu’adz apa yang Allah kehendaki dari ucapan. “Bukankah
manusia ditelungkupkan di atas hidung mereka ke dalam jahannam tidak
lain disebabkan karena apa yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka?
Karenanya, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia
berkata baik atau ia diam dari berkata yang jelek. Ucapkanlah kebaikan niscaya kalian akan menuai kebaikan dan diamlah dari berkata yang jelek niscaya kalian akan selamat.” (Dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad, 1/460)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menasihatkan,
“Sepantasnya bagi orang yang ingin mengucapkan satu kata atau satu
kalimat, ia merenungkan dan memikirkan kata/kalimat tersebut dalam
jiwanya sebelum mengucapkannya. Bila memang tampak kemaslahatan dan
kebaikannya maka ia berbicara. Bila tidak, maka sebaiknya ia menahan
lisannya.” (Al-Minhaj, 18/318)
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahu dalam kitabnya Jami’ul ‘Ulum wal Hikam (1/339-340) menukilkan ucapan tiga sahabat yang mulia berikut ini:
‘Umar ibnul Khaththab radhiyallhu ‘anhu berkata, “Siapa
yang banyak bicaranya akan banyak jatuhnya (dalam kesalahan). Siapa
yang banyak jatuhnya, akan banyak dosanya. Dan siapa yang banyak dosanya
niscaya neraka lebih pantas baginya.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallhu ‘anhu memegang lisannya dan berkata, “Ini yang akan mengantarkan aku ke neraka.”
Ibnu Mas’ud radhiyallhu ‘anhu berkata,
“Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang patut diibadahi kecuali Dia!
Tidak ada di muka bumi ini yang lebih pantas untuk dipenjara dalam
waktu yang panjang dari pada lisan.”
Firma Allah Surah alhujurat(49) ayat 11-12
49:11.
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.
49:12.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Celaka dan bahagia ternyata
tak lepas dari bagaimana manusia memanajemen lidahnya. Bila lidah tak
terkendali, dibiarkan berucap sekehendaknya, alamat kesengsaraan akan
segera menjelang. Sebaliknya bila ia terkelola dengan baik, hemat dalam
berkata, dan memilih perkataan yang baik-baik, maka sebuah alamat akan
datangnya banyak kebaikan. Semoga bisa terjaga hingga
yang terucapkan oleh lisan ialah hal yang baik dan berguna ...
sedangkan Allah lebih maha tahu apa yang ada di
hati kita saat lisan kita berucap ..semoga dijadikan dalam kedua2nya
ialah yang baik terasakan oleh hati dan terucapkan oleh lisan dengan
kata yang baik pula tanpa prasangka
Label:
renungan
Subscribe to:
Posts (Atom)